Thursday, September 19, 2013

Pentingnya Sistem Perawatan Terencana

Pelayaran yang sudah di rencanakan dengan seksama  ternyata ada hambatan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.. Hambatan itu adalah di saat Pelayaran yang baru berjalan 58 mil laut dari muara dan ombak yang tinggi kedua main engine kapal kami tiba–tiba black out..  Tongkang yang kami tarikpun hanyut terombag – ambing oleh ombak dan hampir menyeruduk kapal kami. 
Selama lebih 20 menit  Tug Boat kami mengapung – apung di laut, hingga akhirnya  orang mesin  bisa memperbaikinya dan menyalakan kembali kedua main engine tersebut. 
Kejadian  mati main engine tersebut  sempat terjadi  tiga kali dalam kurun waktu  enam jam. Usut punya usut ternyata rakornya kotor dan buntu oleh kotoran minyak sehingga  aliran minyak ke mesin berhenti dan mengakibatkan mesin black out.  Kotoran – kotoran  minyak yang masuk di rakor tersebut  terjadi karena tangki harian ( daily tank ) kotor dan terkena goyangan ombak sehingga kotorannya keluar semua dan  mengalirkan minyak yang kotor ke dalam rakor. Akhirnya di ambil solusi untuk mengganti  rakor setiap jam dalam pelayaran.  Alkamdulilah stock rakor kami banyak sehingga  tidak ada kendala.  Setelah ombak agak reda  pergantian rakor menjadi empat jam sekali dan hingga sekarang bisa bertahan satu hari sekali.... alkamdulilah artinya pelayaran kami aman.

Kejadian seperti ini mungkin bisa di antisipasi kalau saja kita menerapkan sistem perawatan yang  terencana.  Kapal dapat laik layar membutuhkan  perawatan dan perbaikan terutama mesin – mesin, lambung kapal,  tanki – tangki, alat navigasi dll agar kapal berlayar dengan  aman di lautan. Mesin – mesin berjalan lancar dan tahan lama meski kondisi cuaca yang buruk. Dengan kata lain perawatan adalah salah satu hal yang penting  untuk menunjang kelancaran beroperasinya dan kinerja kapal montor.

Perawatan adalah suatu pekerjaan yang rutin wajib di laksanakan baik kapal dalam keadaan berjalan maupun standby. Perawatan kapal dapat di artikan  sebagai suatu usaha mencegah terjadinya kerusakan  dan mengembangkan pada kondisi  yang lebih baik.  Pekerjaan perbaikan kapal di butuhkan apabila  ada kerusakan yang terjadi baik di sebabkan oleh faktor usia suatu peralatan / kapal maupun faktor lainnya sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan kapal. 

IMO ( international Maritime Organization ) Sebagai salah satu badan  PBB ( Perserikatan Bangsa Bangsa )  Mengingatkan bahwa betapa pentingnya  suatu manajement yang baik dan baku bagi kapal – kapal untuk menghindari adanya  kecelakaan , pencemaran dan resiko di laut lainnya. Maka untuk masalah  pelayaran dan aspek – aspeknya  IMO menyusun  dan menetapkan  suatu kode management  yang bersifat internasional yang kita kenal ISM Code ( Internasional Safety Management Code ) . ISM Code adalah kode internasional mengenai manajemen yang baku dan baik untuk pengoperasian kapal secara aman , pencegahan  kecelakaan manusia atau kehilangan jiwa  serta kerusakan lingkungan di laut.  

Dulu,  Kata Capt Sukirno MMar salah satu tutor kami di BP3IP sewaktu kami ikut dalam kelas  ISM code, Sebelum ada ISM Code perawatan kapal maupun prosedur keselamatan di atas kapal menggunakan cara berdasarkan pengalaman dan tingkat pendidikan Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin ( KKM ) masing – masing kapal . Bahkan mereka masih sering memakai cara yang tradisional dan cenderung primordial sesuai daerah asal dari nakhoda dan KKM tersebut.. Untuk itu jangan heran setiap pergantian Nakhoda dan KKM maka tata cara dan  prosedur  mengenai perawatan maupun keselamatan di atas kapal sering berubah – rubah sesuai isi kepala mereka masing – masing.   

Sudah  seharusnya dengan di berlakukannya ISM code Bagi negara – negara yang sudah meratifikasi  ketetapan  rosulusi IMO  No. A.714 ( 16 ) Pada Tanggal 4 November 1993 dan bersifat wajib  ( mandatory ) dengan di berlakunya Bab IX Konvensi SOLAS 1974 pada Mei 1994 termasuk indonesia yang sudah merativikasi ISM code melalui SK DIRJEN HUBLA No. PY.67 / 1 / 6-96 Pada tanggal 12 Juli 1996  untuk meninggalkan cara – cara konvensional yang cenderung primordial dalam melakukan prosedur perawatan kapal maupun alat keselamatan kapal. Kita harus  mulai mengunakan aturan dan tata cara ( prosedur ) yang tersusun dalam ISM Code tersebut agar terjadi keselarasan antara aturan satu kapal dengan kapal  lainnya dan antara crew..

Di harapkan dengan adanya ISM Code akan ada suatu keseragaman manajemen sebagai standar pengoperasian kapal  secara internasioanal karena dalam ISM Code ( As amanded in 2002 elemen 1.4 ) dinyatakan bahwa setiap perusahaan pelayaran terus membuat suatu sistem manajemen keselamatan ( SMS ) yang berguna dan menjadi standarisasi dalam perawatan kapal, keselamatan manusia di laut dan pencegahan pencemaran di laut.

ISM Code sendiri terdiri dari  2 Bab dan 16 elemen yang salah satunya adalah elemen 10 yang membahas tentang pemeliharaan kapal  dan perlengkapannya. PMS ( Plan Mantenance System ) di sebut dalam elemen 10.1 ISM Code ( ISM code AS amanded 2002 elemen 10.1 ) Bahwa item – item yang harus ada di dalam prosedur rencana pemeliharaan kapal dan perlengkapannya ( PMS ) adalah
  1.  Hull and Superstucture steelwork
  2. Safety, fire fighting and anti pollution equipment
  3. Navigasi Equipment 
  4.  Steering gear
  5. Anchoring and mooring equipment
  6. Main Engine And auxiliary Engine
  7. Pipe And Valve
  8.  Innerting System
  9. Bilge And Balast Pumping And Saparator system
  10. Comunication Equipment
  11. Waste disposal Equipment
  12.  Fire, Gas And Head detection System
  13. Towing Equipment
Jelas sekali bahwa nantinya dengan adanya Plan Mantenance System ( PMS ) akan membuat pemeliharaan dan perawatan terhadap semua jenis peralatan di atas kapal menjadi lebih terarah dan terencana. Kelancaran dan suksesnya Plan Mantenance System tentu perlu adanya dukungan perusahaan sebagai pemilik kapal dan tenaga crew kapal yang handal dan konsisten menjalankan Plan Mantenace system ( PMS ) tersebut. 

Pelaksanakan PMS dengan konsisten Bisa mendapatkan beberapa keuntungan di antaranya adalah :
  • Dengan Mencatat serta menandatangani data perawatan dan perbaikan dan di simpan dengan baik di arsip Kapal, semua ( mekanik darat, Tehknical Officer ) dapat mengetahui dengan jelas kronologi kondisi semua mesin dan perawatan lainnya.
  • Mempermudah Kerja Team Mekanik Darat apabila terjadi kerusakan
  • Mempermudah kerja Biro Classifikasi dalam melakukan survey
  • Mempermudah Penyusunan   Rencana kerja ketika kapal akan melakukan docking
  • Lebih cepat mengantipasi apabila ada kerusakan di tengah pelayaran.
Demikian Uraian singkat tentang pengalaman kami

, intinya adalah perencanaan perawatan dan pelaksanaanya sangat penting di atas kapal. Dengan rencana perawatan yang konperhensif yang meliputi semua komponen termasuk pembersihan tanki secara berkala dan terencana maka kejadian mesin black out di tengah laut seperti yang kami alami dapat terhindarkan.Untuk lebih jelasnya mari kita sama – sama membaca kembali buku pegangan tentang ISM code agar kita bisa mengetahui lebih detil apa – apa yang tersusun dalam ISM code sehingga menjadi pegangan kita untuk melaksanakan kerja di atas kapal sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing - masing.
Salam

2 comments:

Anonymous said...

Kira2 aplikasi untuk ini namanya apa ya? Dan di mana bisa saya dapatkan?

Terima kasih

hairul said...

aplikasi buatan Indonesia sekarang sudah ada namanya. PMS CI8 Pak.
www.indonesiamarinehome.com